BELAJAR DARI ULAMA ACEH; ABUYA MUDA WALY AL-KHALIDY
OPINI
Penulis, pada kesempatan kali ini akan menulis tentang ulama besar aceh yakni Abuya Muda Waly Al-Khalidy. Aceh memang terkenal dengan serambi Mekkah. Islam datang pertama kali di Indonesia ini di aceh. Karena aceh dahulunya adalah bandar pelabuhan. Bahkan sebagian sejarah mencatat bahwa salah satu walisongo di Jawa ada keturunan dari Aceh. Generasi muda/millenial pada sekarang ini harus banyak belajar sejarah, terutama sejarah ulama-ulama Aceh untuk menguatkan Adrenalin batang tubuh keislaman. Bung Karno mengatakan; "Jangan sekali-kali melupakan sejarah ".
Semakin pesatnya
perkembangan zaman, merosotnya Akhlak pemuda, pengaruh teknologi semakin maju.
Maka perlu untuk saling mengingatkan para pemuda, bahwa sejarah kejayaan para
leluhur-leluhur mereka tidak kalah hebat dengan zaman sekarang.Perlu rasanya
ada banyak ulama-ulama hebat , lahir banyak di daerah-daerah, desa-desa,
kota-kota di Indonesia ini. Abuya Muda Waly Al-Khalidy lahir di Blang
Poroh, Labuhan Haji, Aceh Selatan. Beliau memiliki nama lengkap Syeikh H.
Teungku Muhammad Waly Al-Khalidy. Beliau bermadzab Syafi'i, Ber-Aqidah Asy'ari,
dan beliau ber-thariqoh Naqsyabandiyah. Beliau keturunan
Aceh-Minangkabau.
Adapun
pada masa kecil beliau pernah belajar kitab-kitab klasik/kuning karya-karya
ulama salaf zaman dahulu.Beliau belajar kitab-kitab klasik seperti I'anah
Al-Thalibin, Tahrir, Mahally dalam bidang ilmu fiqih. Kitab Al-fiyah Ibnu Aqil
dalam ilmu bahasa arab.Beliau sempat belajar satu hari saja dengan ulama besar
aceh pada masa itu yaitu Teungku Hasan Kruang Kale.Mengapa beliau belajar hanya
satu hari disana, karne beliau telah merasa cukup dan mengetahui ilmu apa yang
di ajarkan oleh ulama besar itu.
Beliau
Syeikh Abuya Muda Waly belajar dan mengelilingi Sumatera Barat dan sangat
terkenal disana, sampai beliau menjadi ulama terkemuka disana. Beliau
berkenalan dengan ulama yang tertarik dengan keilmuannya yakni Syeikh Sulaiman
Ar-Rasuli pendiri organisasi Perti. Dan Syeikh Jamil Jaho,Ulama terkemuka di
Minangkabau Meskipun beliau secara keilmuan telah di akui oleh ulama-ulama
minangkabau dan masyarakat minangkabau,beliau beliau dapat menenangkan hatinya.
Karena "memang jika kita ingin pintar dan cerdas maka harus menguasai
kitab-kitab klasik dan banyak buku. Tapi jika ingin menenangkan batin dan
mengenal/Makrifat kepada Allah Swt harus belajar sungguh Ilmu Tassawuf. Karna
Ilmu Tassawuf merupakan cabang dari ilmu agama Islam".
Akhirnya,
beliau mengambil dan belajar ilmu tassawuf dan ber-thariqah Naqsyabandiyah.
Imam Thariqah Naqsyabandiyah adalah Syeikh Bahaudin An-naqsyabandy, di
Samarkand, Uzbekistan. Di Sumatera Barat beliau mengambil thariqah ini dengan
ulama yang bernama Syeikh Abdul Ghani Kamfari di Basurek, Kampar, Sumatera
Barat. Sampai akhirnya beliau menjadi seorang Mursyid.
Akhir-akhir
beliau di Sumatera Barat, pada tahun 1939 beliau meninggalkan Sumatera Barat.
Beliau kembali ke Aceh Selatan dab mendirikan pondok pesantren yang di
beri nama Dayah Darussalam.Beliau sempat belajar di Mekkah Al-Mukarromah ketika
menunaikan ibadah haji. Beliau bertemu Syeikh-Syeikh di Mekkah,Mesir dan ulama-ulama
timur tengah lainnya. Terakhir Syeikh Abuya Muda Waly merupakan ulama dan
keturunan ulama dari Sumatera Barat. Ayah beliau adalah seorang Da'i. Benarlah
kata pepatah" buah tidak jauh jatuh dari pohonya".
Kesimpulannya;
marilah generasi muda kuat dalam mempelajari ilmu agama namun tidak lupa juga
mendalami ilmu umum. Belajar sejarah ulama-ulama terdahulu yang sanad
keilmuannya sampai kepada Rosul Muhammad Saw. Generasi muda zaman sekarang
harus banyak menguasai ilmu-ilmu klasik Islam dan modern.Tidak hanya sampai
disitu,harus tekun banyak mempunyai guru-guru dalam bidang Islam yang mumpuni
dan berkah ilmunya.
Penulis : Muhammad Yusuf Halendra, S.IP
Alumni Pesantren Himmatul'Aliyah , Depok, Jakarta.
Alumni Ilmu Hubungan Internasional, Fisip UMM , Malang, Jawa Timur .
Komentar
Posting Komentar