KISAH PERJUANGAN ULAMA SUMSEL ; ABUYA SYEIKH K.H ABDUL RASYID SIDDIQ AL-HAFIDZ

 KISAH PERJUANGAN ULAMA SUMSEL ; ABUYA SYEIKH K.H  ABDUL RASYID SIDDIQ AL-HAFIDZ


          KH Abdul Rasyid Siddiq ulama asal Sumatera Selatan. Buya KH A Rasyid Siddiq, begitu orang memanggilnya. Ia dilahirkan 18 Juli 1905 di Dusun Rantau Kasih, Kecamatan Lawang Wetan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.Sejak tahun 1911 ia diboyong orang tuanya menetap di Mekkah. Mereka menyayuh perahu dari sungai musi daerah Musi Banyuasin, kemudian naik kapal besar Bom Baru di Palembang sampai laut menuju Mekkah Al-Mukarramah untuk belajar agama Islam.Karena di era itu, terutama kisaran tahun 1915-1940 Mekkah masih di dominasi oleh ulama-ulama sufi, ahli hadis, fiqih, tasawuf, ilmu gramatika bahasa arab, mantiq dan lain sebagainya. Sehingga menjadi kiblat para pelajar Indonesia.

         Para pelajar agama dari daerah Marga Lawang Wetan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam berlomba-lomba untuk belajar ke Mekkah Al-Mukarramah.Pada tahun 1911 sampai 1914, KH Abdul Rasyid belajar di Kattab Zawiyah Samman (Babuz Ziadah) menghafalkan Al-Qur`an sehingga pada usia 14 tahun sudah hafal Al-Qur`an 30 Juz.KH Abdul Rasyid Siddiq Al-Hafidz, 26 tahun belajar di Mekkah. Gurunya seorang ulama besar Mekkah Hijaz yakni Sayyid Ahmad Hamid Hijazi. Setelah kembal ke Indonesia, KH Abdul Rasyid menikah dengan Fatmah yang kemudian dikaruniai 2 orang putra dan 3 orang putri. Setelah menetap di Indonesia, ia banyak mengabdi dan melakukan pembinaan masyarakat Musi Banyuasin tempat kelahirannya.Ia mengajar agama di Desa Rantau Kasih, membangun pesantren, menjaga kilang minyak Desa Mangun Jaya pimpinan Pangeran Marga Punjung dan bergerilia perang melawan penjajah Belanda.

           KH A Rasyid Siddiq Al-Hafidz merupakan ulama dan juga pejuang pada masa penjajahan Belanda. Belanda tidak dapat menguasai daerah Marga Lawang Wetan, karena daerah ini di pimpin oleh Pangeran H Abdul Wahab.Pangeran H Abdul Wahab perwakilan pemimpin wilayah dari Kesultanan Palembang Darussalam. Pangeran H Abdul Wahab masih keturunan Arab dan Aceh. Syaikh KH A Rasyid Siddiq Al-Hafidz ini juga merupakan menantu dari pangeran H Abdul Wahab.Pada masa pemerintahan Dr M Isa dan Dr A K Gani, KH Abdul Rasyid ditunjuk untuk mengamankan Perusahaan Minyak RI (Permiri) di Mangunjaya dan sekitarnya (1946-1947).Tahun 1945-1947 ia juga mendirikan dan mengetuai Badan Perjuangan Mujahidin Indonesia daerah Musi Ilir. Di bidang Legislatif tahun 1946-1950, ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) keresidenan Palembang.Setelah pondok pesantrennya di kuasai Belanda, KH Abdul Rasyid memutuskan merantau ke Palembang dan membuat rumah Al-Qur’an di Palembang, serta menjadi Imam masjid Agung Palembang.Selanjutnya, karena kematangannya membina masyarakat dan keahliannya di bidang agama pada tahun 1952-1964, pemerintah memberinya kedudukan sebagai Kepala Jawatan Urusan Agama Provinsi Sumatera Selatan (Kanwil Depag) pertama.

           KH Abdul Rasyid dan Drs KH Husin Abdul Muin dikenal sebagai pendiri Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang. Banyak jasa yang diukir KH Abdul Rasyid Siddiq dalam sejarah di Sumatera Selatan dengan sejumlah amanah jabatan yang pernah ia emban.Sejak tahun 1980 hingga 1995 ia dipilih menjadi Ketua majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan. Murid KH Abdul Rasyid yang tersohor zaman sekarang yakni Ki Agus Nawawi Dencik Al-Hafidz , Imam Masjid Agung Palembang dan Pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Al-Latifiyah.Ia wafat 20 Desember 1992 dan dimakamkan di Puncak Sekuning, Lorok Pakjo, di Kota Palembang.Banyak sekali kontribusi Syaikh KH Abdul Rasyid Siddiq Al-Hafidz untuk ummat dan bangsa. Terutama daerah Sumatera Selatan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam dan Indonesia. Semoga banyak generasi muda meledani perjuangannya untuk umat dan bangsa.Jika tidak berlebihan KH Abdul Rasyid termasuk Waliyullah, kekasih Allah Swt.

Penulis: Muhammad Yusuf Halendra.

Generasi muda Sumatera Selatan, Alumni Pondok Pesantren Himmatul Aliyah Depok, Jakarta (2014) dan Alumni Ilmu Hubungan Internasional Fisip UMM (2019)

Komentar